Rabu, 18 Juli 2018

Cerpen : Isolasi di Tengah Kota Metropolitan


Isolasi di Tengah Metropolitan

            Setiap awal semester genap, mahasiswa penerima manfaat Beastudi Etos Bogor khususnya akan selalu dihebohkan dengan ERTS. Sekarang adalah kesempatan kami sebagai penerima manfaat akan memberitahukan kepada adik tingkat yang sedang bersekolah untuk melanjutkan pendidikannya. Kesempatan ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk menularkan semangat berjuang, semangat belajar kepada mereka. Semangat berbagi ilmu dan cara adalah salah satu modal yang harus kami miliki untuk menrjang jalanan, menuju sekolah adik-adik dengan semagat berbinar itu.
            Sekolah Menengah Atas NU Ma’arif. Nama yang menyuratkan kesan islamiyah. Sekolah yang tidak jauh dari pusat Kota Bogor, hanya perlu naik dua angkutan kota ke sekolah ini dari kantor Walikota Bogor. Kali pertama menginjakkan kaki di sekolah itu, sekolah biasa di pinggir jalan Ciomas. Tidak banyak edagang memang, namun banyak motor yang terparkir di bagian depan sekolah. Di samping aula besar yang terlihat seperti musholla, aku bertemu dengan wakil Kepala Sekolah. Alhamdulillah, akhirnya saya diperbolehkan untuk memberikan persentasi tentang Kuliah Tak Gentar di kelas XII.
            Semingu kemudian, Selasa 13 Februari 2018, Diawali basmalah lalu dengan langkah pasti namun gugup dan ditemani oleh kak Rika, Etoser 2014 yang sudah sangat berpengalaman berbicara di depan masyarakat, kami menuju sekolah di tengah kota tersebut. Kami sangat senang akan menceritakan perjalanan kuliah kami kepada mereka. Kami juga degdegan kalau-kalau kami memberikan satu dua informasi yang salah dan membuat mereka tersinggung.
            Hanya di kelas sederhana. Ya, hanya di kelas sederhana. Kelas yang dibatasi oleh triplek tipis. Membatasi tiap kelas. Kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Walaupun hari selasa, saat jam sekolah pada umumnya di pertengahan semester genap, namun hanya sedikit siswa kelas XII yang terlihat. Setelah kami amati, kebanyakan mereka sudah pulang. Awalnya saya sangat sedih sekali, gugup seakan-akan kami dianggap tidak jelas dalam menyampaikan. Alhamdulillah, dari 32 orang kelas XII terkumpul 8 orang yang hadir di kelas itu.
            Sedih? Ya, ituah kata pertama yang saya rasakan dan terngiang di telinga saya. Kenapa? Apakah strategi dengan mendatangi kepala sekolah saja kurang cukup? Atau bahkan mereka tidak tau materi Kuliah Tak Gentar ini? Akhirnya, walaupun hanya 8 orang yang dapat hadir dan duduk di ruang kelas itu, kami membuka persentasi dengan basmalah.
            Mereka adalah tunas bangsa yang memiliki mimpi yang tinggi. Mimpi untuk membanggakan orang tua mereka, mimpi untuk memutus rantai kemiskinan, mimpi untuk berguna bagi nusa dan bangsa. Namun saya, mereka tidak tau apa yang harus dilakukan setelah mereka selesai kuliah. Mereka tidak tau nama-nama kampus, mereka tidak tau beasiswa untuk kuliah.
            Di tengah menjamurnya media sosial dan komunikasi, sarana pendidikan luput dari mata kita. Mereka yang sudah mengetahui informasi tentang kampus akan berkutat dengan teman-teman mereka yang se-level. Mereka yang sekolah hanya karena orang tuanya tidak ingin anaknya hanya sekedar tamat SMP, tidak tau bagaimana akan melanjutkan sekolah.
            Melihat antusiasme untuk sukses yang besar, namun minim pengetahuan tentangsarana kuliah, kak rik yang sedang berbicara ke depan menyanyakan cita-cita mereka. Para akhwat kebanyakan ingin menjadi guru ataupun ustadzah.mereka ingin kehidupan yang pasti dan mengikuti pendidikan yang di sarankan oleh orang tua mereka. Sedangkan para ikhwan, mimpi mereka besar. Mereka ada yang ingin menjadi polisi, bisnisman,dan lainnya. Tapi mereka masih bertanya-tanya, jalan apa yang harus diambil jika ingin bekerja seperti itu.
            Hal yang bisa kami lakukan adalah menyemangati mereka, memberitahu lokasi kampus di sekitar bogor, sambil menceritakan bagaimana pengalaman kami, yang tidak membayar uang kuliah dan bisa bekuliah sampai sekarang ini.menyarankan mereka utuk lbih banyak bertanya kepada gurunya dan sering mencari info pendaftaran kampus-kampus di sekitar Bogor.
            Sebagai calon pencerdas bangsa, kita harus bisa membuat perubahan. Menggrebek ketidaktahuan dan memberikan teladan.


Review Buku : The Chronicles of Ghazi 4

The Beginning of The Conquest The Chronicles of Ghazi 4 Seri ke-4 dari The Chroncles of Ghazi yang meceritakan tentang perjalan penaklukan K...