Ditengah pandemi bulan ke-7 di Indonesia, masih berjibaku dengan skripsi yang belum aku selesaikan dan masih bingung bagaimana cara menulisnya dengan benar. Kali ni aku akan membahas sesuatu tentang menulis.
Menulis. Iya, menulis. Kata kerja itu yang sedang aku
lakukan sekarang. Barusan banget, aku membaca blog Sayf Muhammad Isa yang aku
kenal dari buku The Chronicle of Ghazi ft. Ustadz Felix Siauw. Tulisan pertama
di dalam blog itu mengulas tentang buku, perpustakaan, membaca, dan menulis. Tidak
semua orang yang rajin membaca dan menulis menjadi orang besar, namun orang
besar pasti rajin membaca dan menulis.
Oke, selama ini, aku sudah (individually thought) banyak
membaca. Semua buku yang sudah aku baca sepertinya sudah aku ceklist di
goodreads. Total ada 100 buku lebih sedikit. Itu masih sedikit dan kebanyakan
novel roman atau yang sejenis. Selama ini aku menuliskan kalau hobiku adalah
membaca dan menulis, namun tidak pernah ada yang istikomah. Membaca, iya
membaca, namun hanya judul atau penulis tertentu, lalu sudah. Selesai, lanjut
ke urusan yang lainnya. Menulis, pernah sih aku mendapat urutan 2 menulis
cerpen tingkat fakultas ketika aku masih tingkat 3 kalau tidak salah. And that’s
it. Gak ada lagi. Mungkin motivasiku untuk menulis masih salah at that time.
Sekarang aku berusaha untuk istikomah menulis. Karena kata
ustad Felix, kalau mau mahir menulis “ya sudah, tulis, mulai menulis” dan
persis itu adalah yang aku lakukan. Well, kalau kalian orang yang baru
mengenalku, kenapa sih dari tadi referensinya ustad Felix? Ya karena belakangan
ini aku sering mengikuti ‘kajian online’ beliau. Karena gaya bicaranya yang
logis dan lugas. Bukan berarti aku tidak menerima ataupun tidak menyukai tokoh
lainnya, hanya saja saat ini aku masih belajar untuk membaca, mendengar dan
menulis lebih banyak yagi sepert contohnya pada tulisan ini (hehehe).
Kembali pada tulisan pertama Sayf Muhammad Isa pada blognya.
Judul entri pertama itu ‘Fetih Sultan Mehmet Punya Nama Pena?’ atau yang lebih
terkenal dengan Sultan Al-Fatih sang penakluk Konstatinopel. Nama pena beliau
adalah Avni. Kata Sayf dari nama si penulis ini sendiri
merupakan nama pena yang diambil dari bahasa Arab yang artinya pedang. Untuk
itu, karena aku sudah memulai menulis ini dari awal, dan berusaha untuk bisa
rajin menulis kedepannya, aku menetapkan bahwa nama penaku adalah Faturiha. Kata Faturiha sendiri
terinspirasi dari seseorang yang menjuluki aku dengan nama lucu, Fatur. Di akhir
tahun 2010, ketika aku mulai membuat email, inisial itu yang pertama kali
muncul dan aku membuat nama Faturiha. Kata Fatur
itu juga berasal dari bahasa Arab yang artinya berpengetahuan, bersemangat
dan indah. Kata –riha ditambahkan
untuk menunjukkan bahwa aku adalah seorang perempuan dan sedikit berirama dengan
nama asliku (hehehe). Jadi, dengan nama Faturiha
ini aku berharapkan tulisan-tulisan yang selanjutnya akan aku untai akan
menambah pengetahuanku, ditulis dengan semangat dan menghasilkan tulisan yang
indah juga tentunya
Salam semua!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar